Meningkatnya permintaan pasar global penggunaan bijih besi dalam bahan baku industri baja, menjadi salah satu argumen pembukaan lokasi tambang-tambang baru dalam kegiatan produksi bidang ini. Laporan Worldsteel Association tahun 2010 menyebutkan, produksi baja dunia sampai dengan tahun 2009 mencapai 1 milyar ton, sementara konsumsi baja nasional Indonesia mencapai 7,2 juta ton.Perkembangan konsumsi baja per kapita pada tingkat dunia dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan.
Pada tahun 2009 konsumsi baja per kapita per tahun dunia mencapai 193 kilogram, sedangkan untuk nasional konsumsi baja mengalami fluktuasi hanya mencapai 30 kilogram. Pada tahun 2010, produksi besi spon dan baja kasar dunia juga mengalami peningkatan pesat mencapai 1,4 milyar ton. PT Krakatau Steel sebagai satu satunya pabrik baja terintegrasi di Indonesia sejak tahun 1989, memproduksi besispon sebagai bahan baku pembuatan baja kasar.
Teknologi yang digunakan bersifat konvensional berbahan baku besi pelet dan gas alam. Pada tahun 2010, kapasitas produksi besi spon adalah 2,3 juta ton per tahun, membutuhkan sebanyak 4,5 juta ton magnetit (Fe O) dalam bentuk besi pelat yang secara keseluruhan di import dari Swedia dan Brasil.
Demikian halnya dengan kapasitas produksi baja kasar nasional, sebesar 6,5 juta ton per tahun, memerlukan bahan baku sebanyak 8 juta ton dalam bentuk besi spon dan baja. Namun saat ini PT Krakatau Steel sedang menghadapi masalah akibat tendensi privatisasi dari lembaga-lembaga multilateral penganjur pasar bebas dan tuntutan pasar global. Tidak adanya pasokan bahan baku dari dalam negeri, menyebabkan ketergantungan pada pasokan dari luar negeri. (Resensi)
untuk Download isi buku lebih lanjut hubungi : ymp@ymp.or.id / Divisi Informasi Kerelawanan dan Filantropi Yayasan Merah Putih