Penyintas Berharap Instalasi Air Bersih

Sigi, 25 Maret 2019. Enam bulan pasca tragedi bencana alam 280918 berbagai permasalahan masih terus dialami masyarakat diwilayah terdampak, salah satunya masyarakat Desa Beka Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi yang masih mengalami krisis air bersih hingga hari ini.

Diakui, pasca gempa infrastruktur komunikasi dan listrik serta jalan sangat cepat diperbaiki – sehingga perlahan namun pasti perekeonomian penyintas relatif mulai tertata. Namun sarana/prasarana milik PDAM sampai saat ini jalannya masih tertatih-tatih. Diperkotaan misalnya di Perumahan Palupi, Perumnas Tinggede yang sebelum peristiwa bencana, layanan air bersih lancar, namun pasca bencana hingga saat ini, layanan air bersih hanya 2 hari sekali. Layanan airnyapun hanya dapat dirasakan saat tengah malam dengan debit air yang tergolong lamban – apalagi PDAM diperdesaan.

Selain PDAM, sumber air bersih warga lainnya yang banyak mengalami kerusakan, seperti air sumur, air sumur bor dan lainnya. Kondisi ini menyebabkan pasokan air ke rumah-rumah warga sulit bahkan terbatas. Konsekuensinya warga harus rela mengantri pada salah satu sumber air saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama untuk mandi, mencuci dan kebutuhan konsumsi.  

Kondisi yang sama dialami oleh penyintas di Desa Beka Kecamatan Marawola. Sejak bencana terjadi, masyarakat Desa Beka mengalami kesulitan memperoleh akses air bersih. Padahal air merupakan kebutuhan utama bagi rumah tangga. Ibu Endang, salah satu warga  setempat mengungkapkan bahwa saat ini permasalahan utama yang dialami masyarakat Desa Beka adalah masalah air bersih.  Disini (Desa Beka) masyarakat sangat membutuhkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Yang perlu dibenahi adalah perbaikan jalur dan pemasangan pipa-pipa air untuk dialiri kerumah-rumah warga. Kami (warga) disini cukup jauh ambil air dan itupun antrian, ungkapnya dengan mimik serius.

Lebih jauh lagi, Ibu Endang menambahkan bahwa permasalahan kekurangan air bersih sangat dirasakan dan membebani kaum perempuan yang sesungguhnya banyak membutuhkan air untuk berbagai kebutuhan terutama rumah tangganya. Menurutnya lagi, perempuanlah yang paling banyak direpotkan akibat kekurangan air bersih sebab ia yang paling banyak bersentuhan dengan ranah domestik.  

Berdasarkan kebutuhan masyarakat terhadap air bersih, warga Desa Beka berharap memperoleh perhatian serius baik dari pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk dapat memberikan jalan keluar bagi permasalahan itu, sehingga masyarakat tidak terus-menerus mengalami krisis air, ungkapnya disela-sela kegiatan distribusi bantuan pangan oleh tim relawan YMP Sulteng di Desa Beka pada Rabu 20 Maret 2019.

Bantuan pangan yang dibagikan ke masyarakat Desa Beka merupakan bentuk aksi kemanusiaan dari ICCO – Huma yang bekerjasama dengan YMP Sulteng. Bulan ini menurut penuturan penanggung jawab YMP Sulteng Zaiful, bahwa ada 439 paket bantuan pangan yang didistribusi di 4 Desa yakni Desa Beka; Desa Lampo; Desa Lero Tatari dan Desa Sibado. Paket berisi 5 Kg Beras, 1 liter Minyak Goreng, 1 kotak sari kacang ijo dan 2 ikan kaleng. Selain paket pangan, kebutuhan privasi kaum perempuan (pembalut) turut didistribusikan di wilayah tersebut. (Nutfa)

Lihat Juga

KARAMHA Sulteng Dorong Hutan Adat Masuk Dalam Perda Tata Ruang

PALU – Berbicara tentang Hutan Adat, Koalisi Advokasi untuk Rekognisi Hak Masyarakat Hukum Adat (KARAMHA) ...

Tidak Diganggu Saja Tau Taa Bisa Hidup Baik

     13 Agustus 2022, bertempat di Balai Pertemuan Lipu Kasiala Kabupaten Tojo Una-una dilaksanakan ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *