Perdes Lampo tentang Proklim Harus Jelas

Proklim merupakan singkatan program kampung iklim. Proklim merupakan program dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini betujuan mendorong warga untuk bertindak menjaga ekosistim lingkungannya, bila tidak maka kerusakan alam berdampak buruk pada masyarakat. Belajar pada kejadian banjir Oktober 2020 Desa Lampo dan desa-desa sekitarnya mengalami banjir karena hutan tak dapat lagi membendung dan banyak longsor terjadi. Banjir merusakak rumah, infrastruktur jalan, kesulitan air dan kesehatan. Perlu upaya mitigasi. Menurut Ruspan (warga Lampo) terdapat 5 titik longsor yang perlu disegerakan untuk melakukan penanaman pohon di titik tersebut.
Proklim di Desa Lampo sudah dimulakan sejak tahun 2019, ungkap Kepala Desa mashuri. Menurut Amran Tambaru (Direktur YMP Sulteng), cakupan proklim Desa Lampo tidak hanya pada Hutan Desa 215 Ha tetapi di kawasan hutan maupun tidak dengan luas kurang lebih 400 Ha, dan itu sudah dipetakan sejak tahun 2011. Proklim berjalan baik jika tata kelola kelembagaan, tata kelola kawasan, dan tata kelola usaha dilakukan secara baik, ungkapnya.
Desa Lampo sangat potensial untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Dengan kekayaan alam berupa air terjun pangasintoli, hasil kerajinan tangan, tanaman herbal – yang keseuamnya dapat menarik pengunjung untuk menikmati keanekaragaman dan keindahan alam yang masih asri. Menurut pengurus LPHD Lampo jumlah pengunjung di air terjun tersebut ramai dikunjungi warga Hari Sabtu dan Minggu, pengunjung umumnya berasal dari desa tetangga dan juga dari Kota Palu.
Namun dengan kekayaan alam yang dimilikinya juga berpotensi terjadi pengrusakan alam. Potensi biji besi dan emas yang lokasinya di dalam hutan ini bila tidak dijaga maka menjadi ‘bencana’ bagi warga desa. Menurut Camat Banawa Tengah, Rachmady Ibrahim, Hutan Lampo harus kita jaga agar bisa memberdayakan dan harus ada ketegasan desa membuat peraturan desa terkait dengan proklim supaya menjadi acuan yang jelas. Searah dengan itu Nirwan (Ketua KPH Banawa-lalundu), juga mengungkapkan bahwa penting menumbuhkan gairah perlindungan terhadap kawasan hutan, baik kawasan hutan produksi maupun kawasan hutan lindung disekitarnya. Ia juga mengakui bahwa petugas KPH sangat sedikit dan berharap keterlibatan bersama masyarakat untuk menjaga dan melindungi kawasan hutan
Untuk percepatan Proklim menurut Akdemisi Untad, Dr. Abdul Rauf menyarankan pentingnya merumuskan kembali rencana ke depan untuk peningkatan kualitas tutupan lahan dengan menggunakan tanaman hortikultura dan hasil hutan bukan kayu jadi hasil utamanya adalah buahnya supaya tidak ada pikiran untuk menebang pohon. Selain itu perlu melakukan inovasi dengan memanfaatkan pekarangan untuk ditanami sayuran seperti kangkung, terong, cabe, tomat dan untuk membedakannya dengan sayuran yang ada di pasar, jangan pakai pupuk NPK, tapi sudah harus menggunakan pupuk organik sebagai salah satu upaya adaptasi perubahan iklim ungkapnya pada kegiatan Koordinasi Parapihak untuk Implementasi Program Kampung Iklim (ProKlim) Berbasis Perhutanan Sosial – Desa Lampo Kabupaten Donggala akhir Mei 2022.(zf)