Hutan tak Mampu Lagi Menyerap CO2 Dampak Pemanasan Global semakin mengkhawatirkan dengan adanya perubahan iklim yang semakin ekstrim. Dari tahun ketahun angka pemanasan global kian meningkat. Sebagaimana yang dilaporkan oleh World Meteorological Organization (WMO), bahwa peningkatan polusi CO2 mencatat rekor baru pada Tahun 2013. Karena karbondioksida mengalami penumpukan diatmosfer, sehingga suhu bumi semakin panas.
Badan Meteorologi Dunia (WMO), yang dirilis oleh Reuters pada Selasa (9/9), melaporkan bahwa perubahan iklim berdampak pada meningkatnya panas bumi, iklim yang semakin ekstrim serta peningkatan kadar garam yang ada di laut. Bahkan peningkatan tersebut terbesar setelah tiga dekade terakhir. Akibatnya, terjadi perubahan cuaca yang tak menentu baik di darat, laut maupun diatmosfer bumi.
Berbagai cara telah diupayakan dalam rangka menekan angka pemanasan global. Salah satunya melalui skema REDD+. REDD+ dipercayai dapat meminimalisir peningkatan perubahan iklim, dengan manajemen tata kelola hutan, agar berkurangnya angka emisi dari sektor hutan dan gas rumah kaca. Jika terjadi penumpukan CO2 diatmosfer, artinya terjadi ketidakseimbangan penyerapan CO2 oleh tumbuhan. Hutan Tropis yang menjadi bagian terpenting dalam proses kimia tersebut, tak lagi mampu menampung beban CO2, sehingga bertumpuk diatmosfer.
Untuk mencegah perubahan iklim, PBB bersama Negara-negara industri berupaya mempertahankan temperatur bumi dalam batas ambang kewajaran. Namun, Profesor Dave Reay dari uneversitas Edinburgh menilai gagalnya berbagai proyek yang dilakukan PBB dan Negara-negara industri dalam menekan laju peningkatan emisi. Kegagalan tersebut dianggap karena ketidakseriusan semua pihak dalam mengimplementasi pencegahan perubahan iklim.
Tata kelola hutan merupakan langkah konkrit untuk mengurangi emisi. Karena hutan berfungsi sebagai penyerap karbon untuk diubah menjadi oksigen. Selain tata kelola hutan, manusia pun turut serta menjaga iklim dengan mengurangi aktivitas pembuangan yang berasal dari bahan bakar fosil.