DI antara hijaunya Pegunungan Tokala, Sulawesi Tengah, terdapat komuni- tas dengan sejarah yang sangat tua. Inilah suku Wana.
Suku itu sering disebut juga dengan Tau Taa Wana yang berarti orang yang tinggal di hutan. Namun, mereka juga suka menyebut diri sebagai Tau Taa atau orang Taa.
Suku Wana berbicara dalam bahasa Taa. Dilihat dari bahasa yang digunakan suku Wana, mereka memiliki kemiripan bahasa dengan suku Taa yang berada di Kabupaten Banggai dan Kabupaten Tojo Una-Una.
Suku Wana atau suku To Wana diyakini telah ada di Sulawesi sejak 8.000 tahun yang lalu. Sebelum sekarang mendiami kawasan Pegunungan Tokala, Lipu Sumbol, Desa Taronggo, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, nenek moyang orang Wana berasal dari sekitar Teluk Bone.
Lipu yang ditinggali Tau Taa Wana ialah unit sosial terkecil masyarakat di suku Wana yang biasanya terdiri atas beberapa keluarga. Ratarata keluarga itu memiliki hubungan darah (keturunan langsung).
Sistem berladang Tau Taa Wana masih menganut sistem berpindah, tapi dengan rotasi tertentu dalam kurun sekian tahun. Pada rotasi itu, akan terbentuk semacam pola kembali lagi ke titik yang pernah dibuka sebelumnya sehingga praktis saat ini hampir tidak ada lagi pembukaan ladang baru dengan membabat hutan.
Soal makanan, tidak ada tata cara yang kompleks dalam mengolahnya. Mereka juga sangat jarang menggunakan garam sehingga makanan mereka umumnya sangat tawar.
Di sisi lain, cara masak itu membuat kondisi kesehatan mereka cukup baik meski sebenarnya kesadaran kebersihan Tau Taa Wana buruk.
Ini bisa dilihat dari tidak adanya tempat khusus untuk keperluan buang air besar. Sampah dan sisa makanan juga dibiarkan saja berserakan di rumah sehingga mengundang lalat. Namun, itu semua mereka anggap biasa.
Sementara itu, tingkat kelahiran Tau Taa Wana dapat dikatakan tinggi. Ibu muda yang bahkan belum berumur 30 tahun bisa memiliki lima hingga tujuh anak.
Sampai kini suku Wana memang bisa bertahan dengan cara hidup mereka. Namun, entah sampai kapan, hingga akhirnya kemajuan zaman harus memaksa mereka untuk berubah.
(M-3)
sumber : Media Indonesia edisi Cetak 24/04/2016 dan e-paper Media Indonesia