Sore itu (Minggu, 21/10) dengan wajah ceria Nuraeni menyambut kedatangan tim Relawan Posko Kemanusiaan YMP Sulteng di sisi lain rumahnya yang roboh. Nureni merupakan ibu dua anak yang menjadi salah satu korban bencana gempa di desanya, Desa Oloboju. Dia mengajak saya berkeliling rumahnya sambil menceritakan perjuangan dia dan suaminya membangun rumah tersebut. butuh bertahun-tahun untuk membangun rumah yang nyaman bagi kedua anak mereka.
Nuraeni dalam kesehariannya bekerja sebagai penjual sayuran di pasar, sementara suaminya bekerja sebagai buruh tani. Waktu bencana datang merobohkan rumah impian mereka, Nuraeni hanya berdua dengan anak lelakinya sementara anak perempuannya berada di masjid dan suaminya sedang memberi makan sapi di bukit.
Ucapan syukur Nuraeni panjatkan ketika di malam harinya mereka berempat bisa berkumpul, duduk bersama dengan para pengungsi lainnya di tempat yang aman. Malam itu langit gelap menjadi atap bagi mereka saat menunggu sang fajar datang. Nuraeni beserta suaminya tak tidur, mereka sedang menenangkan kedua buah hati mereka dari guncangan sang bencana yang masih terus berlangsung.
Tiga minggu berlalu semenjak gempa itu datang, Nuraeni beserta keluarganya masih tinggal di tenda pengungsian yang tak jauh dari reruntuhan rumahnya. Menurut Nuraeni, tenda hanyalah tempat mereka tidur di malam hari. Untuk urusan makan, dia memasak di samping rumahya. Dia tak ingin meninggalkan rumahnya. Dia bersama suaminya tetap percaya bahwa esok masih ada harapan untuk membangun kembali rumah impian mereka.
Dengan mata berkaca-kaca, dia mengungkapkan kesedihannya ketika dia menerima bantuan logistik dua hari pasca gempa. “seumur hidup saya, baru kali ini saya menerima bantuan makanan dari orang lain. Ini membuat saya sedih. Terlebih jika melihat saudara kita yang kehilangan segalanya, mereka lebih membutuhakan bantuan,” ungkapnya. Selama ini dia memengang prinsip bahwa akan sangat lebih baik jika kita bisa memberi dari pada diberi. Sesusah apapun kehidupannya, dia akan sangat bahagia jika bisa memberi bantuan pada orang lain.
Olehnya, dia tidak ingin berlarut dalam cobaan yang diberikan Sang Pencipta. Sudah saatnya bangkit dan kuat untuk memulai kembali kehidupan. Seminggu pasca gempa, Nuraeni sudah memulai aktivitas berjualan sayuran di Pasar Maranata dan Pasar Biromaru. Dengan sedikit uang yang tersimpan dia membelikan beberapa ikat sayur untuk dijual kembali di pasar.
Diakhir perbincangan, dia berpesan kepada mereka yang berhati tegar untuk bangkit memulai kehidupan. “Sudah cukup merenung dan berdiam menunggu bantuan. Sudah saatnya, berdamai dengan kenyataan dan menata hari dengan harapan bahwa sang pencipta masih bersama kita,” ucap Nuraeni saat menjabat tangan dengan salah satu tim relawan yang menyerahkan bantuan logistik.