PADA saat tengah menyelesaikan edisi ini, satu peristiwa besar tiba-tiba menerjang Kabupaten Morowali. Hujan deras sepanjang pertengahan bulan Juli, mengguyur Sulawesi Tengah, Morowali, dan menyebabkan terjadinya bencana alam, banjir bandang disertai tanah longsor.
Empat kecamatan, Bungku Utara, Ma-mosalato, Sayo Jaya dan Petasia diter-jang habis. Hingga edisi ini akan diter-bitkan, dilaporkan 60 orang meninggal dunia, dan 50 orang lainnya dika-barkan hilang. Air bah yang meluap dari Sungai Posangke, Sungai Salato, dan Sungai Salubiro menyapurata hampir sebahagian areal pemukiman dan lahan produksi masyarakat.
Dalam dua bulan terakhir, sudah terjadi dua kali peristiwa banjir bandang di kabupaten Morowali. Banjir pertama terjadi sekitar Sungai Laa di Kecamatan Petasia pada bulan Mei hingga awal Juni. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari peristiwa itu? Satu hal yang pasti, keseimbangan kelangsungan pelayanan alam terganggu akibat eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) hutan yang berlebihan dan tidak pernah berhenti di kawasan hulu-hulu sungai.
Di empat wilayah kecamatan tadi, aktivitas esktra aktif terhadap kawasan hutan dilakukan oleh bebe-rapa perusahaan yang mengantongi izin HPH, IUPHHK, dan HGU. Dengan alasan kepentingan investasi daerah, untuk peningkatan PAD, dari waktu ke waktu SDA dikeruk tanpa memperhatikan aspek keberlang-sungan alam. Ketika curah hujan deras, kawasan tangkapan dan resapan air dari hulu hingga hilir telah rusak karena aktivitas serakah manusia tertentu.
Betulkah investasi akan meningkatkan PAD suatu wilayah? Betulkah PAD dapat berkontribusi terhadap kesejahteraan rakyat?
Ketika dilantik menjadi Gubernur Sulteng, HB Paliudju berjanji untuk membuka ruang investasi sebesar-besarnya, karena Sulteng, “katanya”, kaya potensi SDA untuk dimanfaatkan. Tapi untuk siapa SDA itu dimanfaatkan? Morowali banyak dijejali proyek-proyek investasi besar, mulai dari kehutanan hingga pertambangan.
Lantas, apa yang bisa dipetik dari banyaknya investasi ketika bencana banjir bandang dan longsor justru menerjang kita? Ke mana investasi yang “katanya” menyejahterakan rakyat itu?
Wallahu alam.