Hari menjelang siang, belasan anak – anak berusia 6 hingga 15 tahun tanpa alas kaki, tanpa seragam, ada juga yang bertelanjang dada mulai berkumpul di banua bae (rumah adat) atau gubuk panggung tanpa dinding. Disitulah tempat anak – anak adat Taa Wana belajar di bawah guru pendamping dari Yayasan Merah Putih (YMP).
Skola Lipu merupakan wadah pendidikan bagi masyarakat adat Taa Wana di Desa Taronggo, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah. Keberadaaan Skola Lipu letaknya di dalam hutan yang dekat dengan perkampungan. Bagi komunitas Tau Taa Wana, menyekolahkan anak tidak harus dengan persyaratan yang sulit. Mereka tidak bergantung pada gedung sekolah atau sarana belajar yang lengkap untuk bisa belajar membaca, menulis, dan berhitung. Terkadang anak – anak suku Taa Wana gemar belajar di alam bebas seperti pinggir kali.
Kehadiran pendidikan Skola Lipu bagi masyarakat adat Taa Wana akibat dari tidak seimbangnya hubungan sosial dengan masyarakat lain. Yani, salah satu guru pendamping dari Yayasan Merah Putih (YMP) mengungkapkan, masyarakat suku adat Tau Ta Wana kerap menjadi korban ketidakadilan. “Mereka tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan atau pun dalam pembangunan”, katanya saat di wawancara langsung olehTrubus.id. Hal tersebut membuat para tetua adat memikirkan adanya pendidikan khusus bagi anak – anaknya.
Skola lipu tidak memiliki guru profesional layaknya sekolah umumnya. Mereka hanya punya tau mampatundek (fasilitator belajar) dari YMP. Dalam pengajarannya ada 2 metode pembelajaran yang dilakukan di Skola Lipu. “Dalam seminggu biasanya 4 kali pertemuan, keaksaraan dasar (belajar) baca, tulis, berhitung, kalau keaksaraan lanjut sudah belajar satuan panjang dan berat”, ucap Yani.
Saat ini ada beberapa anak dari Skola Lipu yang mulai beranjak melanjutkan pendidikan ke sekolah umum. Beberapa dari mereka diberi kemudahan untuk melompat kelas karena kemampuan baca, menulis dan berhitung yang memuaskan. Seperti di lipu (Desa) Sumbol sebanyak 9 anak, dan lipu Salisarao 3 orang anak yang sudah bersekolah di Sekolah Dasar (SD).
Sumber: preneur.trubus.id