Analisis Sosial Dibutuhkan Dalam Kerja-kerja Lapangan

IMG-20150824-WA0002
Insert Foto : Nirsam dan Nasir ( Presentasi hasil pelatihan Cefil )

Palu (24-08-2015), Dalam melakukan kerja-kerja lapangan perlu adanya analisis sosial di masyarakat. Analisis sosial berguna untuk memetakan persoalan yang terjadi pada masyarakat khususnya yang terkait masalah struktural yang membuat masyarakat terpingkirkan. Untuk maksud tersebut tentu saja penggalian data lapanagan menjadi bahan baku yang harus ada. Data lapangan menurut H Nasir (CO CBFM), ada yang sifatnya terbuka dan ada yang tertutup, dan menurut Akang, demikian panggilan akrabnya Data yang sifatnya tertutup merupakan hal yang agak susah diperoleh. Olehnya menurut Nirsam (CO Perubahan Iklim) putuh adaptasi tinggi. Selain itu menurut Akang, agar data diperoleh secara valid, beberapa hal yang harus diketahui sebelum turun lapangan, yakni menghilangkan teori – dalam hal ini jika kita merasa ahli maka kita tidak akan mendapatkan data lapangan. Selain itu seorang CO juga tidak boleh bersikap apriori. Hal penting lainnya adalah menghilangkan posisi, dalam arti kita sebisa mungkin beradaptasi menjadi kelas dari masyarakat yang ingin kita petakan, jelasnya. Proses analisis sosial dilakukan saat data lapangan terkumpul dengan tujuan untuk memahami bagaimana seseorang dapat menentukan posisi politiknya. Hal-hal eksternal peru juga diketahui dengan melihat sistem dan struktur mulai dari tingkat mikro sampai makro. Hal lainnya adalah perbedaan politik dan kekuasaan yang berlangsung di masyarakat. Di masyarakat juga penting melihat persoalan keadilan dan persamaam. Nirsam menerangkan bahwa dalam kerja-kerja analisis, perlu memerhatikan tiga faktor, yaitu harus lebih beradab, 100% tanpa kekerasan, dan memperbanyak teman. Hal tersebut diungkapkan kedua CO saat mempresentasikan hasil pelatihan di palupi room 18/8/2015.kedua CO tersebut telah mengikuti pelatihan Civil Education For Future Indonesian Leaders (CEFIL) level III, yang dilaksanakan yayasan SATUNAMA di Kabupaten Gunung Kidul, tepatnya Desa Girikarto dan Desa Dengok. Menurut Amran, Direktur YMP, pendelgasian CO melakukan pelatihan bertujuan untuk peningkatan kapasitas khususnya pendamping lapangan (CO), dan setelah mengikuti pelatihan merupakan ‘kewajiban’ untuk berbagi pengetahuan. Pelatihan ansos merupakan keterampilan yang harus dimiliki CO untuk meningkatkan ketajaman analisis tentang kenyataan sosial termasuk analisis politik, serta memperkuat kemampuan dalam menentukan posisi politik. (Ria/Ipul)

Lihat Juga

Silo 66 “Perubahan Kebijakan Dalam Pengelolaan Hutan”

Pembaca Silo Yang Terhormat, Perubahan kebijakan pengelolaan hutan merupakan impian masyarakat yang hidup didalam maupun ...

Hak Masyarakat Adat Diakui

Pemerintah Menyerahkan Pengelolaan Hutan Adat JAKARTA, KOMPAS – Di penghujung tahun 2016, pengelolaan hutan di ...