Aparat Desa Mantikole: Transparan dan Adil

Sigi, 17 Desember 2018. Rabu (12/12/18), tepatnya pukul 08.09  pagi, Relawan YMP Sulteng kerumah Pak Kades, untuk membicarakan mengenai tata cara pembagian bantuan pada warga-warga yang paling membutuhkan. Pukul 09.45 pagi saya diberitahukan Pak Kades untuk sama-sama pergi ke Kantor Desa karena warga sudah berkumpul disana. Setibanya disana warga dan aparat desa sudah banyak yang berkumpul. Kamipun memperkenalkan diri kepada warga dan aparat desa disana.

Setelah memperkenalkan diri, Aparat Desa Mantikole  mengeluarkan bantuan logistik dan selimut. Sebelum bantuan itu dibagikan saya diberitahukan oleh Pak Rasyid bahwa ada beberapa warga yang mengeluh kenapa bantuannya tidak diratakan agar semua dapat.

Saya pun diminta untuk menjelaskan kepada para warga disana mengenai masalah tersebut bahwa penerima bantuan terbatas pada warga yang sudah didata sejak awal (rumahnya rusak berat), Kami meminta maaf juga karena bantuan sangat terbatas. Setelah dijelaskan, aparat desa pun langsung memanggil warga yang namanya tercantum sesuai pendataan awal.

Disini saya melihat bahwa Aparat Desanya sangat transparan dan adil dalam membagikan bantuannya. Bahkan didalam daftar nama penerima bantuan tersebut, ada tercantum nama salah satu aparat desa disana, tapi dia malah memberikan bantuannya itu kepada warganya yang paling membutuhkan.

Usai pembagian logistik,  dilanjutkan dengan pembagian selimut. Sementara pembagian selimut, saya melihat Kakek-kakek yang sudah tua tetapi masih memiliki semangat. Kakek itu bernama kakek Hudin berumur 66 tahun. Beliau bercerita, Saat gempa terjadi saya sedang mandi, Saya kira pipa pancuran airnya ada yang kasih geser tapi ternyata itu adalah gempa, ungkapnya tersenyum.

Sayapun lari telanjang bulat, tapi syukurnya pada saat itu tidak ada orang yang melihat. Setelah sadar iapun pergi mengambil pakaian dan langsung pergi kerumahnya. Namun naas setibanya disana, rumahnya miring – tak layak lagi ditempati. Saya sudah ikhlas, ungkapnya. Kami mengungsi di samping rumah, Kami hanya berdua dengan istri,  saya mempunyai 3 orang anak tapi mereka sudah meninggal semua ungkapnya sedih.  Niluh-Zf

Lihat Juga

PLTA Bongka: Antara Listrik dan Air Mata di Tanah Adat*)

Oleh Amran Tambaru      Di tengah hutan yang rindang, di bawah naungan pepohonan yang ...

Pelatihan Advokasi Hukum Meningkatkan Kesadaran Kolektif Masyarakat Adat Tau Taa Wana

Tojo Una-Una, Desember 2024 – Pelatihan advokasi hukum yang dilaksanakan pada 11–12 Desember di Hotel ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *