Menyentuh Sejak Awal, Agar Menyatu

Secara penampakan, memang di pesisir banyak perahu yang terlihat. Namun apa yang anda lihat perahu-perahu itu sebenarnya sudah tua dengan kualitas banyak tambalannya. Memang dari luar kelihatan baru – itu hanya pengaruh cat-nya saja, ungkap Basri nelayan Salumbone.

Sejak gempa akhir September 2018, perahu nelayan – banyak yang tertelan tsunami dan sebagian rusak/bocor terbentur karang. Untuk keberlanjutan hidup, nelayan yang belum tersentuh bantuan berusaha memperbaiki perahu yang rusak tersebut. Berbeda dengan Nelayan Loli Saluran, bantuan yang diterima — waktu pertama diterima kelihatan baru – namun baru sebulan digunakan ternyata perahu sudah tidak seimbang, ada yang bengkok, ada yang bocor. Mungkin proses pembuatannya kayunya belum kering yang menyebabkan perahu tersebut tidak layak lagi digunakan, ungkap Sape, nelayan Loli Saluran.

Untuk memastikan kualitas perahu, menurut Ray (ERCB-Bina Swadaya), perahu yang kami berikan masih dalam bentuk ½ jadi. Finisihing nanti dikerjakan bersama nelayan yang membutuhkan. Perahu yang datang bersama tukangnya ini nantinya bersama-sama menentukan model sesuai dengan kelayakan yang nelayan harapkan termasuk warna dan aksesories lainnya.

Proses pemberdayaan yang mengajak partisipasi masyarakat disahuti nelayan. Sebenarnya proses seperti ini yang kami harapkan. Menyentuh perahu sejak awal membuat kita menyatu dengan perahu tersebut, ungkap Kasim (nelayan).

Proses pendampingan kelompok nelayan dibutuhkan khususnya dalam membangun komitmen khususnya penerima bantuan. Menurut Murni (ERCB-YMP), membangun kesepahaman sangat penting agar pemanfaatan perahu bantuan tersebut searah dengan capaian yang diharapkan. Pasca gempa, selain ketiadaan dan rusaknya perahu, terumbu karang banyak yang tidak tumbuh menyebabkan populasi ikan berkurang. Selain sarana bernelayan, selain perahu memang yang dibutuhkan adalah rompong. Rompong ini dimaksudkan agar populasi ikan di teluk Palu bisa meningkat. Menurut Basri (Ketua kelompok Nelayan), agar niat pemberi bantuan bisa diwujudkan, kami akan saling mengingatkan agar bantuan perahu bisa dipergunakan semaksimal mungkin dan bermohon doa agar banyak hasil tangkapan dalm melaut.

Berkomitmen bersama agar tidak terjadi kesalah pahaman antara nelayan penerima bantuan dan yang belum mendapatkan bantuan, kata pak Basri. Seperti yang disampaikan Fadli ada beberapa orang yang menemui beliau bahwa mengapa mereka tidak mendapatkan bantuan? Menurut Murni, bahwa pada tahap ini diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan perahu dan kesehariannya itu adalah nelayan, ungkapnya pada disksusi terfokus tanggal 20 Januari 2020 di Salumbone

Tidak hanya itu, kelompok nelayan ini juga berinisiatif membuat tabungan kelompok yang nantinya digunakan untuk memperlancar usaha nelayan dan menghidupkan kelompok nelayan tersebut. Kelompok yang beranggotakan 10 orang ini berharap kedepan bisa menjadi contoh untuk kelompok nelayan lainnya. Semoga. Mumun/if

Lihat Juga

Wana Lestari untuk LPHD Lampo

     Palu, 4/7/23. Alhamdulillah, Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Desa Lampo ditetapkan sebagai pemenang ...

Mogombo, Menata Kehidupan Sosial

     Tau Taa Wana Posangke merupakan masyarakat dengan ikatan kekerabatan kuat, interaksi sosial yang ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *