Donggala, 27 Februari 2019. Hatiku tiba-tiba merasa bersalah ketika mendengar perkataan Bu Ninda dan pak Irfan. Saya merasa bersalah ketika tidak mensyukuri berbagai nikmat yang kudapat. Apalagi ketika melihat pondok mereka, yang jauh dari kata layak. Pondok dengan ukuran kurang lebih 3×4 m. Di pondok itu ia memasak, tidur didalam. Bahkan pondok tersebut tidak mempunyai MCK…..
Kalimat yang terlontar dari Relawan Posko YMP Sulteng ini tertulis dalam laporan saat melakukan pengamatan lapangan (assesment) 20/2/19. Devan, relawan Posko YMP Sulteng ini melanjutkan narasinya:
Sekarang kehidupan keluarga tersebut banyak di topang oleh bantuan baik itu dari pemerintah dan non pemerintah. Baju sekolah anaknya hasil bantuan. Karena semua barang-barang keluarga ibu Ninda habis di sapu air. Dulu waktu awal-awal sekolah dengan nada pelan ia bercerita: Dua anaknya harus bergantian memakai buku, karena tidak ada buku yang bisa dipakai anaknya. Tapi setelah banyak bantuan masuk anaknya sudah memiliki buku sendiri. Yang kurang sekarang adalah sepatu. Sekarang anak-anaknya memakai sendal kesekolah.
Hasil assesment lapangan menunjukkan keadaan yang sama di banyak titik pengungsian. Penyelenggaraan penanggulangan pasca bencana belum dilakukan. Paling tidak Keputusan Gubernur Sulteng no. 367/076/BPBD-G.ST.2019, tertanggal 24 Februari 2019 menetapkan bahwa Bencana Alam di Sulawesi Tengah masih berStatus transisi darurat ke pemulihan 24 Februari sampai 24 April 2019.
Kondisi ini berdampak belum pulihnya penyintas khususnya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Masyarakat butuh alat produksi untuk recovery, karena alat kerja banyak lenyap tertelan sunami khususnya penyintas yang tinggal di Pesisir Pantai Barat. Seperti yang diungkapkan Pak Irfan (Nelayan) … Harapan kami bisa kembali melaut, karena jiwa kami ada di laut. Hasil dari laut selama ini digunakan membangun rumah yang telah di tinggali selama 13 tahun. Sekarang kami tidak punya perahu untuk memulai kembali kehidupannya dari laut.
Kondisi ini tentu membuat kebutuhan dasar khususnya kebutuhan pangan masih susah diadakan oleh sebagian penyintas untuk keluarganya. Sekedar meringankan, Posko YMP Sulteng kerjasama dengan ICCO – Huma – Kerk mendistribusi bantuan logistik di 5 Desa di Pantai Barat, jumlahnya 542 paket. Desa-desa yang dimaksud yaknu Desa Dalaka, Lero Tatari, Oti, Tompe dan Lende Ntovea. Selain paket bantuan pangan (beras; ikan kaleng; sari kacang ijo; gula, minyak goreng) juga didistribusikan pembalut bagi wanita. Waktu distribusi menurut koordinator Posko mulai 22 s/d 24 Februari 2019. Semoga. ZF