TAK terasa, kita sudah memasuki penghujung tahun 2007. Satu momentum kebangsaan yang terkait erat dengan tahun tersebut adalah, reformasi kita sudah berjalan 9 tahun lamanya. Hampir satu dekade perjalanan reformasi sejak tahun 1998, tapi masih banyak sekali agenda perubahan yang terbengkalai. Terutama sekali, agenda perubahan kehidupan bangsa di sektor hukum, politik dan ekonomi yang cenderung tanpa arah.
Ya, reformasi kita seakan tanpa arah dan pengawalan. Penegakan hukum dikebiri, demokratisasi politik dicederai, dan perbaikan kesejahteraan rakyat tidak berbuah hasil. Korupsi terus berlangsung, partai politik di parlemen tidak memperjuangkan aspirasi masyarakat, dan tingkat kemiskinan semakin tinggi. Situasi nasional itu juga berdampak hingga ke level lokal kedaerahan.
Banyak orang berkata, ternyata reformasi kita hanya simbolik belaka. Banyak substansi reformasi yang telah dibelokkan oleh elit-elit kepentingan kuasa dan modal. Hingga rakyat pun jadi bingung, “siapa sebenarnya yang diuntungkan dengan reformasi 98 itu”.
Bahkan sejumlah elemen penggerak perubahan di masyarakat pun ikut menjadi bingung dengan situasi tersebut. Termasuk elemen pemuda dan mahasiswa yang dulunya menjadi pionir gerakan reformasi, ikut kehilangan sentuhan dalam pengawalan agenda-agenda perubahan.
Untuk melihat perkembangan perjalanan reformasi menjelang satu dekade itu, SILO edisi-24 hadir ke tengah pembaca, dengan menampilkan sejumlah ulasan dan fakta-fakta tentang kecenderungan tersebut. Kita semua berharap, semoga dengan berkaca pada ulasan dan fakta-fakta itu, akan memunculkan kembali semangat kita untuk terus mendengungkan arus perubahan yang mulai kehilangan arah dan tujuan.
Selamat membaca!