Pembaca yang budiman.
TAK terasa kita telah berada di tahun 2014, yang disebut-sebut sebagai tahun politik, sebab di tahun ini pesta demokrasi untuk memilih pucuk kepemimpinan dan perwakilan rakyat tingkat daerah dan nasional akan digelar. Menjelang pemilu, geliat politik pun mencapai puncaknya. Wajah-wajah lama masih terlihat untuk ikut bertarung kembali, sementara itu kepemimpinan baru dengan konsep segar pun muncul sebagai magnet yang menarik perhatian masyarakat.
Tahun ini, beberapa aktivis pekerja sosial seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau sering disebut NGO juga ikut menjajal kepercayaan masyarakat. Sebagian aktifis menilai politik praktis dapat menjadi alat perjuangan paling efektif untuk mempengaruhi kebijakan pemerin-tah. Hal ini menjadi wajar setelah perjuangan advokasi masyarakat kerap kandas saat berhadapan dengan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada masyarakat.
Kembali rakyat di hadapkan pada konsep-konsep baru yang tentunya sarat dengan Janji-janji keberpihakan terhadap kepentingan rakyat, yang di hembuskan bak angin segar. Untuk itu, rakyatpun harus cerdas dalam menentukan siapa yang pantas untuk menjadi wakil rakyat. Agar kesalahan lama tak terulang, mulailah melihat kembali hasil pilihan suara rakyat pada pesta demokrasi di tahun politik 2009 atau sebelumnya.
Apakah kebijakannya sudah berpi-hak pada kepentingan rakyat? Atau lebih condong kepada kepentingan Investasi? Coba kita ingat, bagai-mana media massa menceritakan tentang mereka sang pembawa mandat dalam mempertontonkan kerja-kerja mengeruk uang rakyat untuk kepentingan individu dan kelompoknya, serta bagaimana kekayaan alam dihabisi atas nama kemakmuran rakyat, pada akhirnya, rakyatlah yang menanggung derita berkepanjangan atas kebijakan itu.
Semoga pesta demokrasi tahun ini, kita bisa memberikan hak suara pada orang yang benar-benar amanah. Karena produk-praduk kebijakan yang akan di hasilkan oleh pembawa mandat selama 5 tahun kedepan rakyatlah yang menentukan.***
REDAKSI