Menengok Orang Taa Wana Posangke (3)

“Nama Saya Yoker….”

“NAMA saya Yoker, anak saya Ester dan Astor, saya dipanggil Apa Ester,”.

Bagi kami nama itu unik, Yoker, tapi nama asli itu langsung tenggelam dengan tradisi memanggil seseorang menggunakan nama anak pertamanya Apa Ester. Pun pula dengan saya dan lainnya, yang masing-masing dipanggil dengan nama anak pertama kami, kecuali staf kantor lapangan Yayasan Merah Putih Morowali Utara, Murni, pasalnya alumni FKIP Untad kelahiran Desa Umbele Kecamatan Bumi Raya Morowali itu memang masih berstatus Jomblo.

Dari beberapa hal Apa Ester, sama seperti orang Taa Wana umumnya, yang istimewa adalah berdasarkan koodinator Skola Lipu YMP, Abdul Ghofur atau Apa Pram.

“Skola Lipu di Wana Posangke ini ada, setelah Apa Ester menyurat ke YMP tahun 2011, setelah dia mendengar YMP mendirikan Skola Lipu di komunitas Taa Wana Tojo Unauna, dia menyurat dan minta supaya di sini juga ada Skola Lipu,” terang Apa Pram.

Manajer Informasi dan Kampannye Skola Lipu YMP, Kiki Rizki Amelia menceritakan, kesadaran dan kemauan orang Taa Wana Posangke timbul karena mereka sudah bosan dibohongi, dibodohi dan ditipu masyarakat luar.

Yah, dulunya orang Taa Wana Posangke sering tertipu oleh masyarakat luar, saat mereka turun ke pasar guna menjual komoditi mereka, baik yang tanaman sendiri maupun hasil hutan non kayu, seperti getah damar maupun akar pohon serta Kakao, padi dan lainnya.

“Karena mereka sering ditipu, akhirnya mereka sadar sendiri untuk belajar,” kata Kiki.

Awalnya, Skola Lipu juga diikuti para orang tua, namun karena kesibukan berkebun perlahan berhenti. Namun selanjutnya anak-anak mereka yang aktif hingga saat ini.

“Respon para orang tua bagus, setelah mereka tahu anak-anaknya sudah bisa membaca dan menulis, orang tuanya tidak segan belajar ke anak-anaknya,” tutur Kiki.

Dalam kunjungan, rombongan hanya sempat mengunjungi dua Skola Lipu, pertama di Lipu Sumbol kemudian di Lipu Sali Sarao.

Kedua Skola itu berdiri seadanya, berupa rumah papan panggung, berdinding sebagian, beratap seng.

“Yang bangun ya mereka sendiri, YMP hanya membantu sedikit dana untuk beli bensin chainsaw,” kata Apa Pram.

Meski anak-anak itu hanya belajar dengan fasilitas yang jauh dari kata “memadai”, namun anak-anak itu nampak bersemangat untuk belajar tiga kali seminggu. Keceriaan tetap nampak dari wajah mereka, saat menyusuri sela-sela padi ladang dengan tanpa alas kaki, tanpa seragam untuk pergi belajar.

Guru pengajar pun juga dari relawan orang Wana Posangke sendiri, para perempuan tamatan Sekolah Dasar, yang telah dibangun kepercayaan mereka agar bersedia berbagi ilmu dengan anak-anak sesama mereka.

“Sebelum mengajar, mereka kami berikan pelatihan khusus teknik mengajar,” kata Apa Pram.

Kata Apa Pram, pola ajar yang diterapkan sangat sederhana, semua berkaitan dengan kehidupan dan sekitar mereka. Meski begitu, anak-anak itu tak kalah hebat dengan anak-anak masyarakat luar yang belajar di lembaga pendidikan formal.

“Anak saya masuk kelas 1, tapi langsung lompat ke kelas III, kata gurunya dia sudah bisa baca tulis,” kata Indo Imel.

“Skola Lipu dibangun dan dibesarkan di atas kesadaran orang Wana Posangke sendiri, kami hanya mendampingi mereka,” ujar Apa Pram.

Akan tetapi, kata Apa Pram, YMP juga melakukan komunikasi dengan seluruh warga Taa Wana Posangke, terkait penyiapan lahan khusus guna membangun Skola Lipu dengan sistem belajar mengajar yang akan menyandingkan kurikulum nasional dengan kearifan masyarakat Taa Wana Posangke.

“Tidak sama persis, tapi kami akan mengupayakan pengakuan dari pemerintah,” imbuh Apa Pram.

Rencananya, Skola Lipu akan dikembangkan dengan bangunan semi permanen, dengan ciri bangunan khas masyarakat Taa Wana Posangke, yakni Banua Bae. Pengerjaan akan dimulakan usai musim panen, sekira bulan Juni.

Anda hendak berpartisipasi? (Joko Santoso/bersambung)

sumber :  metrosulawesi.com

Lihat Juga

Usulan Hutan Adat Diserahkan ke KLHK

TOUNA, MERCUSUAR – Masyarakat adat Tau Taa Wana Una di Kabupaten Tojo Una-una (Touna), Selasa ...

Kejahatan Lingkungan di Dua Kabupaten Diungkap

Lokakarya YMP Sulteng Demi memperoleh keadilan yang semestinya sebagai warga negara,Yayasan Merah Putih (YMP) Sulawesi ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *