Penambang Rusak Cagar Budaya Tau Taa Wana

(Ampana, 8/10/2015), Salah satu cagar budaya milik Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah yang berada di wilayah Komunitas Adat Tau Taa Wana, tepatnya di Desa Lipu Mpoa, yaitu Gua Sarambe kondisinya sungguh memperihatinkan. situs budaya tersebut tidak terurus. Peninggalan-peninggalan leluhur seperti guci dan piring dari tembikar serta patung-patung hancur berantakan, jika dilihat dari kerusakannya hal itu dilakukan oleh manusia bukan rusak di makan waktu, dan diperkirakan pelakunya lebih dari satu orang, entah apa motif mereka melakukan perusakan terhadap cagar budaya tersebut.

situs budaya
Insert Foto : Cagar budaya yang dirusak penambang

Informasi ini didapat saat penulis berkesempatan melihat secara langsung kondisi cagar budaya ini. Perjalanan ke Gua Sarambe ini dilakukan pada tanggal 12 September 2015, ikut serta dalam rombongan selain penulis adalah Agus Basuni (pemerhati budaya dari palu), Lome dan Apa mPise dari Komunitas Tau Taa Wana yang tinggal di Rano, salah satu lokasi mukim Tau Taa Wana , dimana secara administrasi Rano adalah wilayah dari Desa Lipu Mpoa.

Kami memulai perjalanan dari Rano, setelah 15 menit berjalan kaki melewati Vakanavu (bekas ladang), serta menyusuri sungai bulang, kami berempat istrahat sejenak ditepian sungai tersebut. Kurang lebih 15 menit kemudian, kami melanjutkan kembali perjalanan. Setengah jam berlalu, kami tiba di Muara Sungai Langon. Ketika akan melanjutkan dengan mendaki gunung Rapa mPue, tepatnya dikaki gunung tersebut, ternyata salah satu barang perlengkapan saya tertinggal pada waktu istrahat sebelumnya, maka saya memutuskan untuk kembali mengambil barang tersebut, sehingga menyebabkan perjalanan  tertunda  kira-kira 45 menit lamanya.

Saat kami akan melanjutkan perjalanan, matahari mulai kembali ke peraduannya. Dengan alat penerang seadanya kami mulai melangkahkan kaki, kali ini  medan yang kami tempuh adalah hutan belantara yang hampir tidak pernah orang lewati, karena itu kami menunjuk Lome sebagai pembuka jalan, Ketika sudah mendekati Gua Sarambe, beberapa kali kami harus berputar untuk menemukan punggungan gunung yang menuju Gua Sarambe, karena hanya itu jalan satu-satunya agar bisa sampe di gua tersebut. Dua setengah jam mendaki (lebih tepatnya dikatakan memanjat gunung), akhirnya kami pun tiba di Gua Sarambe.

kiki cagar budaya
Insert Foto : Taufik dalam Gua Sarambe di penuhi puing cagar benda sejarah yang dirusak

Setelah beristirahat sejenak, saya mulai berkeliling di sekitar muka gua, ternyata gua tersebut tidak terlalu dalam, dan disekitar lokasi tersebut terdapat deretan gua yang terbentuk dari pergeseran batu. Setelah itu kami masuk kedalam untuk melihat kondisi di dalam gua, sangat berbanding terbalik dengan apa yang diceritakan sebelumnya, yakni guci yang masih utuh, tulang belulang yang tersusun rapi serta patung-patung kecil yang terbuat dari tembikar yang juga masih utuh. Akan tetapi yang terlihat hanya puing-puing guci dan patung yang berserakan di tanah, serta tulang belulang yang tertimbun oleh batu.

Kami  bertanya-tanya siapa kira-kira yang melakukan ini semua? Kenapa mereka menghancurkannya, dan apa yang mereka cari? Pertanyaan itu hanya kami pendam dalam hati, karena tidak ada yang pernah melihat orang luar datang ke gua tersebut. Namun jika melihat bekas galian dan linggis yang tertinggal di sana, mereka adalah para penambang yang mungkin beranggapan disitu ada kandungan emas yang bernilai tinggi.

Padahal dari cerita yang berkembang di Komunitas Tau Taa Wana, Gua Sarambe merupakan salah satu tempat yang bagi Tau Taa Wana sangat dikeramatkan, dan tidak semua orang berani datang kesana. Hal ini seperti yang pernah disampaikan Agus Basuni berdasarkan cerita dari Apa Jengki (Tokoh Adat di Ngoyo). “Konon ceritanya, pada masa perang suku, ada salah satu kelompok dari suku To Pada, yang ingin menguasai wilayah Mpoa dan akan menyerang mereka yang tinggal di wilayah tersebut, akan tetapi informasi tersebut sudah terlebih dahulu didengar oleh suku taa. Pada akhirnya Suku topada dilumpuhkan oleh suku taa, mayat-mayat suku To Pada disemayamkan di Gua Sarambe ” ungkap Agus.

(Taufik/Ghofur)

Lihat Juga

Kejahatan Lingkungan di Dua Kabupaten Diungkap

Lokakarya YMP Sulteng Demi memperoleh keadilan yang semestinya sebagai warga negara,Yayasan Merah Putih (YMP) Sulawesi ...

Peta Jalan Hutan Adat Sulteng Disusun

Palu, Metrosulawesi – Sejumlah organisasi masyarakat sipil, komunitas adat bersama pemerintah daerah serta unit pelaksana ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *