Tojo Una-Una, November 2024 – Masyarakat adat Tau Taa Wana terus memperkuat solidaritas mereka melalui Mogombo (musyawarah), sebuah tradisi rapat adat yang menjadi wadah diskusi dan pengambilan keputusan bersama. Selama bulan November, Mogombo digelar di beberapa Lipu, seperti Linte, Kasiala, dan Uematopa, untuk membahas isu-isu strategis, termasuk rencana pelatihan advokasi hukum dan ancaman eksternal terhadap wilayah adat mereka.
Kesepakatan Bersama Melindungi Wilayah Adat
Mogombo menjadi ruang penting bagi masyarakat adat untuk menyatukan suara mereka dalam menghadapi tantangan besar, seperti rencana pembangunan PLTA di Sungai Bongka dan potensi masuknya tambang. Dalam mogombo yang berlangsung pada 22 November di Lipu Linte, masyarakat sepakat bahwa penguatan hukum formal melalui pelatihan advokasi adalah langkah yang diperlukan untuk melindungi hak-hak mereka.
“Kami percaya bahwa Mogombo Bae adalah inti dari kekuatan kami. Di sini, kami mengambil keputusan bersama, menjaga solidaritas, dan merencanakan masa depan yang lebih baik,” ujar Pa Ngkisa, salah satu tokoh adat dari Lipu Ue Tangko.
Tau Layo (pemuda) turut memainkan peran penting dalam mogombo. Mereka hadir tidak hanya sebagai pendengar, tetapi juga sebagai peserta aktif dalam diskusi, menunjukkan bahwa regenerasi nilai adat berlangsung dengan baik.
“Kami melihat Mogombo Bae sebagai tempat belajar dan berdiskusi. Ini adalah cara kami memahami tantangan yang dihadapi komunitas dan bagaimana kami bisa berkontribusi,” kata Bobi Ndoa, perwakilan pemuda adat dari Lipu Vananga Bulang.
Sebagai bagian dari Mogombo Bae, masyarakat juga mendiskusikan rencana pelaksanaan pelatihan advokasi dan paralegal yang akan digelar oleh Yayasan Merah Putih (YMP) bersama Legal Empowerment Fund (LEF). Pelatihan ini dirancang untuk memberikan masyarakat adat alat hukum formal yang dapat mereka gunakan untuk melindungi tanah dan hak mereka.
“Mogombo Bae tidak hanya soal diskusi, tetapi juga tentang mempersiapkan komunitas kami untuk tantangan nyata di lapangan. Pelatihan ini adalah langkah penting untuk itu,” ujar Pa Anca, tokoh adat di Vananga Bulang.
Tantangan Cuaca dan Medan Tidak Mengurangi Semangat
Meski cuaca buruk dan medan yang sulit menjadi kendala, Mogombo Bae tetap berlangsung dengan antusiasme tinggi. Di beberapa Lipu, mogombo bahkan dilakukan dalam kondisi hujan deras, menunjukkan komitmen masyarakat untuk menjaga kekuatan solidaritas mereka.
Mogombo Bae tidak hanya menjadi ajang diskusi tetapi juga simbol persatuan masyarakat adat Tau Taa Wana. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk tokoh adat, pemuda, dan pendamping YMP Sulteng, Mogombo Bae diharapkan dapat terus menjadi fondasi bagi penguatan komunitas dalam menghadapi tantangan di masa depan. “Solidaritas ini adalah kekuatan kami. Mogombo Bae menunjukkan bahwa kami bisa bersatu untuk melindungi tanah, adat, dan budaya kami,” tutur Ijeng (Lipu Vananga Bulang).