“Janji Penting Perusahaan Sawit Menghentikan Deforestasi,Suatu Perubahan Dalam Industri Sawit di Indonesia”
Di tengah bencana kabut asap yang melanda Asia Tenggara, Astra Agro Lestari, pelakuindustri sawit terbesar kedua di Indonesia, telah meluncurkan kebijakan yang kuat untukperlindungan hutan, komunitas lokal, serta larangan pembakaran hutan di setiap rantai suplainya. AAL adalah pelaku di sektor industri sawit yang penting secara politik, dan berpotensi mendukung upaya-upaya masif pemerintah dalam mengatasi deforestasi.
“Kebijakan Astra tersebut mencerminkan terobosan besar. Bahkan para pemimpin industri sawit Indonesia yang sebelumnya skeptis terhadap isu konservasi justru menghimbau pemerintah untuk melakukan gebrakan besar bagi perlindungan hutan dan hak-hak komunitas” ujar Azmi Sirajuddin dari Yayasan Merah Putih, satu organisasi masyarakat sipil di Sulawesi yang telah bekerjasama dengan organisasi masyarakat sipil lainnya di Indonesia untuk perbaikan praktek bisnis Astra. “Pada titik ini, pemerintah harus konsisten dalam penegakan hukum dan aturan yang ada”, ujarnya.
Astra Memainkan Peranan Penting Dalam Industri Sawit
Janji yang dikeluarkan Astra ini dipandang sangat berpengaruh karena peran dan kepemimpinanya di dalam industri sawit dan bisnis secara umum di Indonesia. Apalagi Direktur Astra Joko Supriyono juga bertindak sebagai Ketua GAPKI, sebuah asosiasi pengusaha kelapa sawit Indonesia, serta perusahaan Induknya Astra International adalah perusahaan terkemuka di Indonesia.
Astra akan bergabung bersama beberapa perusahaan sawit lainnya untuk mendorong pemerintah dalam perlindungan hutan: Wilmar International, Golden Agri-Resource (GAR), Musim Mas, Cargill, First Resources, Bunge, dan beberapa perusahaan lainnya telah mengadopsi kebijakan nol deforestasi, dan kebanyakan dari mereka mendapat sokongan dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) untuk mendorong perubahan.Dampak langsung dari kebijakan Astra tersebut juga akan menyentuh hal substansi: perusahaan memiliki 298,000 hektar yang telah dikembangkan menjadi perkebunan, serta sejumlah kawasan hutan dan lahan gambut yang belum dikembangkan – kebanyakan dari kawasan dan lahan tersebut merupakan habitat hidup gajah Sumatra dan Orangutan yang terancam punah. Pada bulan Mei, Astra mengumumkan kebijakan moratorium berlaku di seluruh areal konsesi miliknya sebagai respon terhadap kelompok masyarakat dan isu lingkungan di sekitarnya. Astra adalah bahagian dari konglomerat Jardines Matheson, yang juga pemilik sejumlah properti seperti Mandarin Oriental Hotel dan jaringan Pizza Hut, kedua jaringan bisnis ini terkena imbas dari keterikatan dengan Astra.
“Kita semua tergerak oleh terobosan pihak Astra. Kita sekarang berharap pihak perusahaan melaksanakan secara penuh kebijakan ambisius tersebut di lapangan dalam rangka melindungi hutan dan lahan gambut, dan meningkatkan penghormatan terhadap hak azasi masyarakat yang menggantungkan hidupnya terhadap hutan” ujar Anja Lillegraven dari Rainforest Foundation Norway. RFN telah bekerjsama dengan dua investor Nordic dan komunitas lokal guna menyadarkan Astra untuk menghentikan
deforestasi, dan juga memimpin penyelidikan umum terhadap praktek bisnis Astra dengan konsultan oleh pihak AidEnvironment.
“Anggota kami akan mengawasi Astra dan Jardines dengan seksama, namun tindakan perusahaan sejauh ini meyakinkan kami jika mereka sudah berada di jalur yang tepat” ujar Hanna Thomas dari SumOfUs.org, yang pada musim semi tahun ini menyelenggarakan kegiatan di luar Mandarin Oriental Hotel untuk menghimbau Astra tidak mengganggu habitat gajah Sumatra.
Organisasi Masyarakat Sipil Mendukung Terobosan Dalam Industri Sawit
Salah satu isu utama yang harus menjadi perhatian besar Astra adalah penyingkiran komunitas-komunitas adat akibat pembangunan perkebunan di masa lalu.
“Laporan kami terkait Astra adalah menyoroti penderitaan Orang Rimba, komunitas adat di Sumatra yang hutannya seluas 75 mil persegi telah dihancurkan untuk
keperluan perkebunan sawit”, ujar Diki Kurniawan, Direktur Eksekutif KKI WARSI. “Pihak Astra mesti memberikan kompensasi kepada Orang Rimba dan memberikan mereka kesempatan untuk melangsungkan kehidupan dan budayanya secara bermartabat”.“Kami memuji Astra yang telah mengedepankan kebijakan serius untuk mengakhiri deforestasi dan eksploitasi komunitas di areal perkebunan sawitnya”, ujar Bein Cushing, juru bicara dan pengkampanye dari Forest Heroes. “Hari ini dimungkinkan berkat koalisi advokasi yang luas. Sebagai langkah nyata dari aksi ini, Forest Heroes akan segera menghentikan kampanye She’s Not a Fan”.
“Mengingat hal-hal yang pernah terjadi di industri sawit beberapa tahun lampau, sangat menyenangkan hari ini melihat pemain-pemain kunci di industri sawit berlomb-lomba mengkonservasi hutan”, ujar Glenn Hurowitz, peneliti senior di Centre for International Policy, yang bekerja sama dengan kelompok lain bernegosiasi dengan Jardines dan Astra. “Saya berharap Astra dan perusahaan lainnya akan segera mengumandangkan aksi nyata untuk perlindungan hutan dan hamparan lahan lainnya, dan melindungi komunitas dari pestisida berbahaya”.
Kontak Person:
Glenn Hurowitz, +1-917-386-3571, glenn.hurowitz@ecologyfund.net
Anja Lillegraven, Rainforest Foundation Norway, +47 950 79 791, anja@rainforest.no
Azmi Sirajuddin, Yayasan Merah Putih, +62 081245038678, azmiss@gmail.com
Diki Kurniawan, KKI WARSI, kurniawan.diki@gmail.com