SILO Edisi 61 Tahun 2015

NILAI LOKAL SEBAGAI OPSI PERADABAN

Pembaca Silo Yang Budiman,

Saat ilmuan sibuk mencari formula pengembangan teknologi untuk hidup yang lebih baik, peradaban panjang menusia terus berjalan. Saat teknologi modern menguak rahasia fenomena alam dan kecenderunganya secara saintifik, di belahan dunia lain kehidupan tetap berdenyut tanpa kehadiran para ilmuan dan tanpa interupsi yang berarti.

Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan dengan tujuan utama memberi kemudahan bagi manusia untuk hidup dan menjalankan aktifitasnya. Namun perkembangan terakhir menunjukkan adanya pergeseran. Ada kesalahan dalam perkembangan peradaban manusia.

Dunia kesehatan hari ini menyarankan manusia untuk menghindari makanan siap saji yang instan. Para pakar gizi merekomendasikan makanan organik. Pakar kesehatan bayi sangat menganjurkan ASI dan makanan bayi yang berasal dari alam atau setidaknya produk turunan yang tak begitu berjarak dari bahan alaminya. Dunia kebugaran menyarankan kita untuk sedapat mungkin melakukan aktifitas luar ruangan, melakukan Yoga dan penenangan pikiran, menyempatkan diri untuk rehat dari aktifitas dunia modern yang sering dihabiskan duduk dalam ruangan.

Peradaban modern seakan mencapai kesadaran bahwa apa yang telah dilakukan manusia diperadaban sebelumnya tidak sepenuhnya“ketinggalan zaman”, dan apa yang dunia modern ciptakan tidak sepenuhnya “sesuai zaman”.

Manusia lokal atau mereka yang masih mempraktekan nilai dan tatanan hidup nenek moyang adalah contoh dari keberhasilan nilai lokalitas dalam memutar peradaban. Di Sulawesi Tengah masih terdapat komunitas yang hidup mengagumkan dengan kualitas kesehatan dan hidup yang tinggi.

Saat para peneliti geologi mengemukakan teori kemiringan tanah yang berbahaya untuk diolah, manusia lokal telah mengembangkan pembagian zona hutan yang boleh dan tidak boleh diolah. Saat ilmuan menyarankan hutan di daerah mata air dan penyangganya tidak dapat ditebang, semua komunitas lokal di Sulawesi Tengah mengharamkan daerah mata air untuk diganggu gugat. Saat organisasi Negara sekelas PBB menelurkan kerangka UNFCC untuk mengendalikan pemanasan global lewat skema perlindungan dan pelestarian hutan, manusia lokal telah hidup harmonis ratusan bahkan ribuah tahun bersama hutan.

Saatnya peradaban dan ilmu pengetahuan modern mengendorkan dada yang membusung, menurunkan dagu yang mendongak, melihat kembali semuan pencapaian, bertanya kembali tentang tujuan peradaban sembari membuka diri belajar dari keberhasilan manusia lokal yang konon tidak mengenal ilmu pengetahuan modern.(Redaksi)

Lihat Juga

PERHUTANAN SOSIAL: Daulat Masyarakat atas Rimba

Menjelang konferensi tahunan terkait lahan dan kemiskinan pada 20-24 Maret 2017 sekaligus memperingati Hari Hutan ...

Silo 66 “Perubahan Kebijakan Dalam Pengelolaan Hutan”

Pembaca Silo Yang Terhormat, Perubahan kebijakan pengelolaan hutan merupakan impian masyarakat yang hidup didalam maupun ...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *