(Riau, 7/12/2015),Musim hujan meyambut kami di tanah Andalas, seolah menghapus jejak kepulan asap di pulau kaya di barat Indonesia ini, kami para tetamu mewakili berbagai pulau datang berkunjung dari Sulawesi, Papua, dan anak Sumatra Mentawai masing – masing dari kumpulan pemerhati pendidikan untuk komunitas Adat YMP, YCM dan Perkumpulan Silva yang di Jamu oleh tuan rumah Warsi di Jambi tanggal 6 Desember 2015.
Di negeri yang kaya akan hasil hutannya ini, akses pendidikan masih terasa mahal bagi masyarakat setempat bahkan pendidikan dijadikan komoditas ekonomi, sehingga untuk memperoleh pendidikan yang layak bagi setiap rakyat hanya seperti mimpi. Ditambah lagi mental para pengajar yang semakin busines oriented meninggalkan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan cita-citanya mencerdaskan bangsa.
Jangankan bangunan yang disebut sekolah guru-pun mereka tak punya maka semakin jauhlah orang-orang yang memilih untuk tetap tinggal di tanah moyangnya itu dapat tercerahkan. Hal miris tersebut bukanlah sebuah dongeng atau berita hoax kata anak-anak yang melek dengan sosmed, tapi sebuah fakta yang tidak terbantahkan sampai suatu ketika muncul individu-individu maupun kelompok yang memberikan perhatian lebih kepada keberadaan masyarakat yang tinggal nun jauh di pedalaman sebagaimana yang dilakukan Silva dengan Skola Ruma Tinggi, Warsi dengan Skola Rimbanya, YCM dengan Skola Uma, dan YMP dengan Skola Lipu dan tidak menutup kemungkinan masih ada kelompok maupun individu lain yang perduli.
Komunitas Talang Mamak, menempati desa Rantau Langsat mereka tinggal di sepajang Aliran sungai Batang Gansal, untuk tiba ditempat yang berada di Provinsi Riau ini kami harus menempuh 5 jam perjalanan dari Jambi dimana kami harus turun di Simpangan Pendowo Kabupaten Indera Giri Hulu untuk menuju Datai yang berada di Kecamatan Sungai Gansal selama 3 Jam dengan naik Ojek, demi untuk melanjtukan perjalanan tersebut kami harus mukim ditempat ini dua malam, sambil belajar mengenal lebih dekat dengan Komuntias Talang Mamak.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Jaringan Pendidikan Komunitas Adat (JaPKA) ini, sebagai bentuk kunjungan silang atau saling anjangsana sehingga kali ini bisa memberikan kesempatan kepada fasilitator pendidikan JaPKA untuk mengenal lebih dekat masyarakat adat khususnya komunitas Talang Mamak, sekaligus untuk memberikan masukan pola pendidikan masyarakat adat sehingga dapat diterapkan ditempat lain dengan konteks masing-masing daerah.
Delapan Jam perjalanan mengarungi sungai dengan rakit dari Datai yang penduduknya masih memeluk agama leluhur menuju Sadan dengan peradaban melayu tuanya yang kebanyakan muslim menjadi keharusan yang harus dijalani karena tidak ada pilihan sarana transportasi yang lain. Sehingga sisa perjalanan yang dapat kami tempuh dengan perahu bermesin menuju Lemang memakan waktu satu jam lamanya dengan melewati Air Bomban, Tanjung Lintang, Nunusan,Pengayoan, dan Siamang merupakan mukim Komunitas Talang Mamak yang tidak dapat kami singgahi karena terbatasnya waktu.(Yani)